Tokyo: Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda mengumumkan pengunduran dirinya, Senin (1/9), setelah bertugas kurang dari setahun. Pengunduran diri ini tak lepas dari merosotnya dukungan terhadapnya sejak beberapa waktu belakangan, dan kian kuatnya tekanan politik ke pemerintahan.

Fukuda, dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, mengatakan dirinya memutuskan mundur untuk menghindari kevakuman politik di perekonomian terbesar kedua dunia itu. “Keputusan saya ini didasarkan pada apa yang saya pikir dapat mengatasi memburuknya situasi politik di masa mendatang,” ujar Fukuda.Keputusan mundur diungkapkannya ke publik sehari setelah mengucurkan dua triliun yen (18 miliar dollar AS) untuk mencoba mengangkat perekonomian Jepang yang terjerat inflasi dalam 11 bulan belakangan.

Perdana menteri berusia 72 tahun itu sudah lama tak mendapat dukungan dari rakyatnya terkait dengan sejumlah skandal yang menimpa sejumlah anggota kabinetnya. Berbagai usulan pemerintah di parlemen juga selalu mendapat penolakan dari kubu oposisi, sehingga menyulitkannya untuk menjalankan kebijakan di pemerintahan.

Sedianya, masa pemerintahan Fukuda akan berakhir pada September 2009. Kenyataan ini membuat suhu politik di Jepang kian memanas. Mundurnya Fukuda tak secara otomatis akan dilakuan pemilihan. Partai Liberal Demokrasi (LDP), partai yang menaungi Fukuda, harus memilih pemimpin baru dan meraih kepercayaan parlemen jika ingin menjadi bagian dari pemerintahan Jepang.

Pengunduran diri Fukuda itu semakin menegaskan adanya ketidakstabilan politik di Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Pendahulu Fukuda, Shinzo Abe, juga mundur September lalu setelah hanya menjabat selama sekitar setahun. Namun, Fukuda belum menjelaskan secara jelas kapan ia akan mulai meninggalkan tugas-tugasnya.

Sebelumnya, Rabu 12 September 2007, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengundurkan diri dari posisinya. Pernyataan tersebut disampaikan Abe kepada para pimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang tengah berkuasa, sebagai bentuk pertanggungjawaban dirinya akibat kekalahan partai dalam pemilihan majelis rendah akhir Juli 2007.

“Saya memutuskan kini saatnya bagi pemimpin baru. Jepang memerlukan pemimpin baru memerangi terorisme dan rakyat memerlukan pemimpin baru yang didukung dan dipercaya oleh rakyat,” kata Abe dalam pernyataan pers yang ditayangkan secara nasional ketika itu.

Pengumuman pengunduran diri tersebut dilakukan setelah pemerintahan Abe dilanda serangkaian skandal dan mengalami kekalahan. Popularitas Abe menurun hingga 30 persen menyusul kekalahan LDP pada pemilu parlemen 29 Juli 2007, sehingga dia menginstruksikan para pemimpin LDP untuk mencari pengganti bagi dirinya. (dari berbagai sumber)